Pengalaman Pulang Kerja

Setelah mengalami dan melihat kenyataan di lapangan memang sebaiknya seseorang yang mengurus SIM tidak cukup bila hanya di tes atau ujian secara teori mengenai rambu-rambu dan peraturan lalu lintas Dan ujian praktek yang mana hanya diuji skill dalam mengendarai kendaraan bermotor.

Menurut saya seseorang juga perlu untuk di tes secara kejiwaan apakah memang layak untuk mendapatkan SIM dan juga harus ada sedikit kursus atau sekolah mengenai tata krama aka sopan santun dalam berlalu lintas.

Entah sore tadi adalah pengalaman yang keberapa bagi saya tp 3 kali saya hampir celaka dan menubruk karena orang lain mengemudikan kendaraannya khususnya sepeda motor tanpa berpikir bahwa ada orang lain yang juga menggunakan jalan raya, bukan hanya dia seorang.

ada 3 peristiwa yang saya alami ketika pulang kerja.
yang pertama adalah sepeda motor yang dikemudikan oleh bapak yang sudah tua tiba-tiba belok kanan tanpa menyalakan lampu sein untuk belok, wuih hampir saja bapak itu saya dan kendaraan di sebelah saya menubruknya. duh Pak pak sudah tua mbok ya mengerti begitu lho, kl mau belok itu lampu seinnya dinyalakan.

yang kedua adalah sepeda motor lagi cuman bedanya kalau yang ini pengemudinya tidak melihat kondisi jalan yang ramai. Dia mengendarai motor dengan cukup laju keluar dari gang langsung belok kiri, tepat di depan moncong sepeda saya, pengin rasanya saya memaki tapi apa ada gunanya? daripada berantem lebih baik saya diemin saja. yang penting saya selamat

yang ketiga adalah angkutan kota yang tidak dapat diduga antara mau berhenti, lurus yang pasti dia mengambil posisi di sebelah kiri terus, dan ketika lampu sein motor saya nyalakan untuk belok kiri angkot itu terlihat akan berhenti dan begitu akan memasuki pertigaan, berjalan semakin pelan, akhirnya saya putuskan untuk menyalib dari sisi kanan karena kebiasaan di daerah itu angkot suka berjalan pelan dan berhenti.

eh ga taunya begitu posisi sudah sejajar dan berhasil akan disalip eh ga taunya angkot tidak berhenti dan berjalan lurus dan tidak mau ngalah padahal saya sudah siap2 berbelok, akhirnya saya mengalah dan menurunkan kecepatan dan membiarkan angkot itu lurus dengan santainya dan merasa tidak bersalah.

Saya tidak tahu apakah mungkin perlu ada penelitian untuk membuktikan hubungan antara membuat SIM secara legal dengan yang ilegal (melalui calo, menyogok polisi ketika ujian, deesbe) ternyata berdampak dengan perilaku berkendara dengan baik dan benar.

Saya menjadi teringat dengan seorang teman yang baru kuliah dan bekerja di Holland, dan ikut ujian SIM yang ternyata sulit dan ketatnya minta ampun. Saya juga ingat dengan film taxi yang mana si sopir tidak lulus meski sudah puluhan kali mengikuti ujian SIM di Marseille sana.

So sebaiknya ingatlah bahwa jalan raya tidak hanya milik diri sendiri tp khalayak umum juga menggunakan, berkendaralah dengan benar dan sopan, skill tinggi bila tidak punya etika dan sopan santun percuma !

This entry was posted in Umum. Bookmark the permalink.

Leave a Reply